Lega rasanya setelah membaca berita Jawa Pos (13/12) yang menyebutkan kalau rencana tukar guling lahan Golf A.Yani dibatalkan. Bukan kenapa, pasalnya meski disebut-sebut sudah banyak di lupakan orang, lapangan Golf yang berdiri luas di tengah kota ini sangat penting bagi kelangsungan kota Surabaya. Banyak potensi hebat yang memang terlupakan di tempat ini. Bayangkan, dari lokasi hijau yang berluas 58 hektare itu, ternyata tersimpan nilai sejarah yang luar biasa. Lapangan Yani Golf (begitu masyarakat sekitar menyebutnya) adalah saksi bisu sejarah masa lalu Surabaya yang patut di pertahankan. Di tengah-tengah lahan ini, berdiri makam mantan Residen Surabaya Frederick Jacob Rothen Bahler yang meninggal pada 1836. Belum lagi keberadaan Monumen TRIP (Tentara Republik Indonesia Pelajar) yang berdiri di lokasi tersebut. Dengan demikian, seperti pernyataan Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Trowulan, siapapun yang melanggar (menjual, Red) lokasi ini, bisa dijerat dengan pasal-pasal yang diatur dalam UU No 5 Tahun 1992 tentang Cagar Budaya (JP-13/12).
Selain itu Padang Golf A.Yani adalah ruang terbuka hijau yang sangat menbantu sirkulasi udara di kota ini, selain Kebun Binatang Surabaya dan Kebun Bibit Bratang. Saat ini, sekitar 40 persen dari total lahan lapangan golf A. Yani itu adalah pepohonan. Selebihnya, yang 60 persen adalah padang rumput. Di antara pepohonan itu, tidak sedikit yang usianya sudah lebih dari 100 tahun. Sekitar 70 jenis pohon tumbuh di sana. Antara lain, trembesi, akasia, dan asam.(JP-13/12). Sungguh sangat mengkhawatirkan, kalau lahan luas hijau dan penting bagi penyerapan air ini, tiba-tiba berubah fungsi menjadi pemukiman. Sudah bisa dipastikan, kawasan-kawasan sekitar Padang Golf A.Yani akan tenggelam. Masih berdiri megah saja, jalan-jalan seperti: Kutai, Ciliwung, Opak, Indragiri, dan Mayjen kerap mengalami banjir, apalagi jika lahan 58 hektar ini berubah gundul.
Sebenarnya ada momori masa kecil yang sering terlintas ketika mengingat lapangan golf ini. Letaknya yang dekat dengan daerah pemukiman penduduk, membuat saya sering bermain di daerah tersebut. Berbekal sepeda, saya bersama teman-teman masa kecil dulu sering mendaki Yani Golf masuk dari daerah perkampungan. Kebetulan pagar pembatas antara pemukiman dan Yani Golf waktu itu berlubang sangat besar. Nah, yang paling saya ingat dari tempat ini, adalah tanah api seperti tanah pegunungan yang mengeluarkan belerang. Tanah disana bisa terbakar saat di sulut dengan korek, jelas saja saya bersama teman-teman kala itu sangat heran sekaligus senang. Akibatnya, aktifitas bakar ketela atau jagung tidak pernah terlewatkan ketika kami bermain disana. Dari sedikit memori yang saya ingat ini, akhirnya muncul sebuah gambaran ideal tentang pemanfaat lahan Golf A.Yani sebagai tempat kunjungan wisata selain sebagai sarana olah raga golf.
Pernahkah anda berkunjung ke sebuah kebun raya? mungkin menjadikan lahan hijau ini sebagai kebun raya sekaligus sebagai lapangan golf sungguh adil rasanya mengingat potensi alam yang sangat kuat di daerah ini. Bayangkan, dengan adanya kebun raya, anda masih bisa menikmati kicau burung di sore hari sembari menikmati gurih dan manisnya kue nanas bikinan istri, meski Surabaya masih bergeliat dengan padatnya aktifitas yang tidak pernah berhenti. Tentu saja hal itupun juga perlu pengelolaan yang memadai sedemikian rupa, karena jangan sampai anda yang sedang enjoy menikmati liburan di kebun tengah kota tiba-tiba terkena bola golf yang nyasar. Sungguh sebagai seorang yang sangat mencintai fotografi, keberadaan padang golf A.Yani adalah lokasi yang indah. Anda bisa tanyakan kepada rekan anda yang mencintai fotografer dan pernah ikut lomba foto di padang golf (saat itu Jawa Pos adalah salah satu penyelenggaranya). Di tempat tersebut, anda bisa melihat savana yang menghampar luas, bahkan beberapa meter persegi diantaranya masih terasa basah. Pohon-pohon yang berusia tua juga tampak berjajar menghiasi padang golf ini. Tentunya kalau anda pernah berkunjung ke daerah wisata alam Bromo-Tengger, maka anda akan merasakan atmosfir yang sama antara Padang Golf A.Yani dan kawasan wisata Ranu Kumbolo. Selain hamparan rumput yang luas dan teksture tanah yang bergelombang, udaranya juga sama sejuknya. Mungkin yang menjadi pembeda adalah keberadaan danau dan hawa dingin, namun jika nuansa ataupun pohon-pohonnya, sangat mirip.
Dengan melihat bahwa Padang Golf A.Yani menyimpan potensi yang begitu besar, bukan hanya soal sejarah ataupun lahan hijau, melainkan potensi wisata yang sangat menyenangkan, maka wajib hukumnya kalau pemerintah memperhatikan lebih dalam kekuatan daerah ini. Daripada menjadikannya kawasan pemukiman elit nan megah khas metropolis, namun lupa bahwa hal itu bisa jadi akan membuat tenggelam (banjir) daerah di sekitarnya.
**pernah di publikasikan di Metropolis/Jawa Pos, Februari 2007
Rabu, 01 Agustus 2007
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar