Minggu, 28 Oktober 2007

Sumpah Pemuda, (Semangatmu) Dulu dan Kini

Sumpah Pemuda yang sudah diucapkan sejak 28 Oktober 1928, hingga kini (2007) masih juga diperingati. Wajib, karena dari momen inilah, tonggak persatuan bangsa tercipta. Sifat kesukuan, kedaerahan, hingga cinta golongan, kala itu melebur dengan terucapkan sumpah sakti ini.

Dulu, di era Soekarno, Sjahrir, dan para nasionalis bangsa, terucapnya Sumpah Pemuda menjadi pematik semangat kesatuan yang luar biasa ampuh. Maklum, kala itu situasi perjuangan sedang menyelimuti bangsa Indonesia. Sudah berabad-abad, merah-putih berada dibawah kungkuangan bangsa asing. Sehingga keinginan untuk merdeka yang bisa diwujudkan melalui persatuan dan kesatuan, menjadikan sumpah pemuda sebagai momentum yang ditunggu.

Itu cerita dulu. Cerita saat Meneer-meneer atau para tentara Jepang berkuasa di negeri ini dengan semena-mena. Sekarang, situasi sudah sangat jauh berbeda. Kemerdekaan sudah diraih selama 62 tahun. Meski 62 tahun bukan waktu yang lama untuk berdirinya sebuah negara, namun dinamika kehidupan tentu bergulir dikurun waktu tersebut.

Kalau dulu kita tidak pernah melihat bagaimana wujud pesawat televisi, sekarang jangankan pesawatnya, stasiun televisinya sudah ada puluhan. Di era perjuangan, penyebaran informasi terkadang hanya lewat diskusi-diskusi kelompok, jurnal yang terbitnya (kadang) dua bulan sekali, tapi sekarang kita bisa mengakses informasi kapanpun. Bisa lewat radio, televisi, sampai internet yang bisa kita akses lewat handphone kita.

Perbedaan yang jauh antara situasi Indonesia di era Soekarno dengan era sekarang, tentu membuat semangat Sumpah Pemuda yang dimiliki bangsa ini jelas berbeda.

Lalu bagaimana agar semangat Pemuda itu tetap menyala di era sekarang? Jawabnya sangat gampang. "Jangan menuntut pemuda-pemuda sekarang, bertindak seperti nasionalis-nasionalis masa lalu."

Jaman yang sudah berubah inilah yang tidak memperbolehkan kita menuntut hal yang sama seperti era dulu. Sekarang yang kita tuntut dari pemuda Indonesia adalah, apa kreasi yang sudah kamu buat untuk bangsa ini. Dengan kemajuan teknologi yang sangat pesat, dan semakin mudahnya akses informasi, harusnya pemuda-pemuda saat ini lebih mudah menciptakan kreasi.

Paling tidak, yang kita butuhkan adalah, kreasi-kreasi murni karya anak negeri. Kreasi yang asli Indonesia, dan demi kemajuan bangsa ini. Di Jepang contohnya, teknologi sudah luar biasa maju. Serbuan musisi-musisi barat ke Jepang juga terus dilakukan. Pemuda Jepang juga sama dengan pemuda Indonesia, sama-sama mengenal Linkin Park, Britney Spears, yang notabene berasal dari Amerika. Namun, Jepang yang memiliki semangat nasionalisme tinggi, tidak mau musik bangsanya kalah dengan barat. Sangking cintanya pada negara, Jepang memiliki musik khas (dan modern) seperti J-Pop, J-Rock dan J yang lainnya. J adalah Japanesse. Jika anda mendengarkan musiknya 100% berbeda dengan musik barat, meskipun sama-sama dibalut dalam ramuan modern.

Identitas inilah yang kita cari dari bangsa ini. Identitas yang diwujudkan dalam sebuah karya, bahkan karya yang spektakuler, namun memiliki efek positif bagi kemajuan bangsa ini. Identitas inilah yang rasanya sudah semakin hilang dan luntur. Bisa jadi, karena kita terlalu gampang menelan mentah-mentah budaya barat, suka menyerap teknologi dengan instant, sehingga kita jarang berkreasi, apalagi berkreasi untuk bangsa ini. Mari kita cari identitas bangsa ini bersama-sama. Caranya, adalah dengan berkreasi untuk bangsa ini.

Tidak ada komentar: