Jumat, 30 November 2007

[Basa-Basi]: Arogansi Bukti Kekuasaan?

Kita paling sebel saat melihat tingkah laku seseorang yang arogan. Dulu pas SMA, saya paling sebel sama temen yang wajahnya mirip Tukul Arwana. Orangnya item, rambutnya dipotong kotak persis kayak kulkas dua pintu, bibirnya juga monyong gitu. Kita sebut saja dia, Tukul Jr. Anak ini memang belagunya nggak ketulungan, bahkan sudah menjurus ke arah sikap arogan.

“Mentang-mentang bapaknya pejabat tuh. Khan Kepala Sekolah kenal tuh sama bapaknya dia,” kata temen SMA saya dulu yang juga sebel sama si-Tukul Jr.

Saya masih inget, waktu itu dia sudah punya genk. Ada lima orang kalau nggak salah. Pokoknya mirip banget sama backstreet boyz. Dan yang bikin sebel, si-Tukul ini gayanya udah kayak bos aja. Pas dikantin, para cecunguk-cecunguknya suka disuruh-suruh ngambilin minuman, ama makanan. Kalau kantinnya lagi penuh, si-Tukul suka nyuruh anak buahnya ngusirin anak-anak yang ada disitu. Pokoknya sok bossy deh. Padahal kalau dipikir-pikir, arogansi yang dia punya Cuma gara-gara bapaknya pejabat, yang notabene duitnya banyak. Dan kalau dipikir lagi, dia khan cuman dimanfaatin ama anak buahnya yang pengen makan gratis dikantin. Sekali lagi fakta membuktikan: Arogansi bukti kekuasaan.

Salah seorang kawan saya pernah bilang, “kalau ingin tau sifat asli seseorang (termasuk arogan), kita bisa melihatnya saat ada dijalan raya.”

Pernyataan kawan saya ini terbukti. Ketika berada ditengah kepadatan lalu-lintas, tiba-tiba telinga saya dikagetkan oleh suara klakson yang luar biasa kencang dan berkali-kali. Waktu itu memang traffic light sudah berwarna hijau, tapi didepan kendaraan saya masih ada 3-4 motor lainnya. Jadi sekalipun dia nglakson sampai kiamat, saya tetep tidak bisa maju beberapa meterpun. Tapi dasar orang arogan, sok bawa mobil, sok orang kantoran yang punya alasan takut datang telat, pelampiasannya ya dengan nglakson seenaknya tadi.

Kalau inget ceritanya si-Tukul Jr dan Mr. Klakson tadi, saya jadi inget dengan diri sendiri. Saya bisa dibilang sering melakukan tindakan arogan. Dan arogansi saya ini jelas merugikan orang lain. Kadang, saat melintas diruas Surabaya yang macet saat jam kantor, saya juga tidak segan-segan untuk menaikkan motor saya keatas trotoar yang notabene tempatnya pejalan kaki. Bahkan saya juga sering bersikap bossy kepada satpam kantor, yang sering saya suruh-suruh beli inilah, beli itulah. Dan kadang saya juga arogan suka “ngadalin” anak baru dikantor, buat disuruh bikin inilah, baca inilah (karena lingkungan pekerjaan saya dunia penyiaran). Bahkan kalau pas gajian, saya juga nggak sungkan-sungkan nyuruh anak baru buat traktir-traktir para senior makan.
Inilah kehidupan, saat seseorang memiliki power, maka secara naluriah tindakan arogan itu muncul. Bahkan saat power yang dimiliki besar, maka tidak sungkan-sungkan sikap arogan itu diwujudkan dalam bentuk menindas orang lain. Tapi jika kita sudah pernah merasakan tidak enaknya menghadapi orang yang arogan, maka ada baiknya kita juga tidak memperlakukan orang lain dengan arogan. Secara teori memang mudah ditulis, tapi susah dipraktekkan. Selamat mencoba!

Tidak ada komentar: