Kamis, 06 Desember 2007

[Basa-Basi]: Aku Cinta Indonesia… Aku Cinta Batik...

Kalau masa kecil anda tumbuh di era TVRI, pasti tidak pernah terlewatkan sebuah program acara yang dulu sempat menjadi box office, yakni: Si-Unyil. Saya masih ingat, diprogram acara yang muncul setiap Minggu pagi ini, si-Unyil selalu mengucapkan seruan: ACI… ACI… yang artinya Aku Cinta Indonesia. Boneka tangan ini selalu mengingatkan pemirsanya untuk bangga menjadi orang Indonesia, dan selalu mengingatkan kita untuk cinta tanah air Indonesia yang kekayaan alamnya melimpah ruah.

Cintakah anda dengan Indonesia?
“Ya cinta dong mas, buktinya saya masih betah tinggal dinegeri ini biar korupsinya merajalela,” kata kawan saya yang berperawakan kurus.
“Itu sich bukan cinta, tapi terpaksa tinggal di Indonesia. Terpaksa karena nggak ada modal buat eksodus ke luar negeri. Betul khan?” jawab saya seenaknya.

Sekarang ini banyak orang yang mengaku cinta Indonesia, tapi kecintaan mereka hanya sebatas kata-kata yang lembut dibibir saja. Bayangkan, kita sulit sekali menemukan anak muda yang berani tampil modis dengan baju yang bermotif batik. Memang batik identik dengan pakaian yang formal, tapi toh sekarang banyak kain batik yang sudah dirancang menjadi pakaian casual dan modern. Sama seperti baju-baju modis lainnya, tapi bahan dasarnya tetap kain batik.

Saya masih ingat ketika acara pemilihan wakil Indonesia di Asian Idol. Ketika si-MC Daniel Manatta berkomentar, “Kita beri tepuk tangan untuk Anang (suaminya KD) yang selalu setia dengan baju batiknya.” Saya sama sekali tidak mendengar suara riuh tepuk tangan penonton dari speaker TV. Entah orang males memberi tepuk tangan untuk Anang yang notabene nggak seberapa ganteng, atau mungkin pikir mereka disana: “Buat apa kasi tepuk tangan buat orang yang pakai batik. Huh, ndeso…”

Harus diakui image batik adalah baju formal, yang pantesnya digunakan oleh orang-orang yang sudah berkumis, berperut buncit, dan sudah punya momongan. Rasa-rasanya, kalau anak muda pakai batik seperti wong ndeso, orang yang ketinggalan jaman dan nggak tau mode. Bahkan diacara formal seperti resepsi pernikahan-pun, kadang orang masih males pakai batik karena selain kurang keren, juga karena memang nggak punya baju batik.

“Aduh udah kayak bapak-bapak aja nih pake batik,” kata seorang kawan yang memberi komentar gaya dandan saya ketika bertemu disuatu acara pernikahan.

Saat Batik diklaim menjadi milik Malaysia, banyak orang yang berkomentar pedas: “Haduh Malaysia ini bener-bener bangsa pencuri, nggak pulau, nggak batik, semua diklaim jadi miliknya.” Semua berkomentar pedas, nggak yang tua nggak yang muda. Tapi pada gilirannya mereka (terutama) yang muda-muda disuruh tampil didepan publik menggunakan batik, malunya minta ampun. Takut dibilang ndesolah, takut dibilang katroklah, sampai takut dibilang ketuaan kayak bapak-bapak. Kalau orang Malaysia (baik yang tua atau yang muda) ternyata bangga kemana-mana pakai batik, lantas siapa yang “salah” dalam persoalan ini?

Tidak ada komentar: